Berita Psikiatri: Peningkatan angka bunuh diri remaja di Amerika Serikat

Terjemahan dari artikel Medscape oleh: Pauline Anderson; CME ditulis oleh: Laurie Barclay, MD

Di Amerika serikat, beban terkait kematian akibat alkohol, zat terlarang, dan bunuh diri terus meningkat di kalangan dewasa muda dibandingkan dengan populasi umum. Hal ini juga terkait erat dengan krisis opioid (peningkatan drastis jumlah kematian akibat opiat di Amerika Serikat). Masalah berskala nasional ini membutuhkan kebijakan dan program berbasis bukti ilmiah agar segera diterapkan, termasuk program-program pada populasi dan kalangan tertentu.

Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), organisasi nirlaba bernama Trust for America’s Health dan Well Being Trust telah menerbitkan edaran sebagai kelanjutan dari artikel mereka yang bertopik “Pain in the Nation: The Drug, Alcohol and Suicide Crises and the Need for a National Resilience Strategy” (Sakitnya negara: Obat terlarang, alkohol, bunuh diri, dan perlunya strategi meningkatkan resiliensi nasional (Resiliensi = Ketahanan/kelentingan terhadap stress)). Edaran baru ini berjudul “Penyalahgunaan alkohol, obat terlarang, dan generasi milenial: Dampak yang mengerikan,” yang berfokus pada generasi muda atau generasi milenial, berusia 20-34 tahun.

Ringkasan dari studi: Terdapat peningkatan tingkat kematian akibat bunuh diri dan overdosis obat terlarang pada dewasa muda di Amerika Serikat.

Laporan terbaru oleh Trust for America’s Health dan Well Being Trust dibuat berdasarkan analisis dari data oleh the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tentang pola-pola terkini terkait kematian akibat penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang pada subyek berusia 18-34 tahun saat pengumpulan data. Laporan ini menunjukkan peningkatan 108% kematian akibat obat terlarang pada populasi ini, dengan opiat sintetik mengakibatkan jumlah kematian yang sangat tinggi. Ditemukan pula bahwa selama periode 10 tahun tersebut, kematian akibat alkohol meningkat 69%, dan kematian akibat bunuh diri meningkat 35%.

“Peningkatan besar jumlah anak milenial yang kehilangan nyawa akibat penyalahgunaan zat dan bunuh diri merupakan tragedi berskala nasional,” kata John Auerbach, presiden dan chief executive officer organisasi Trust for America’s Health. Penulis edaran memberikan catatan bahwa generasi milenial memiliki sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap alkohol, obat terlarang, dan bunuh diri, yaitu: Pusat pengendalian impuls yang belum sepenuhnya matang sampai akhir usia 20-an, perilaku seksual dan penggunaan obat yang berisiko, dan beberapa profesi yang cukup meningkatkan stress, misalnya militer, yang memang banyak diisi oleh generasi muda. Generasi milenial juga menghadapi biaya tinggi pendidikan lanjutan, student loan yang kemudian menjadi hutang, dan harga rumah yang semakin tidak terjangkau.

Generasi milenial tidak mendapatkan faktor protektif yang didapatkan kelompok umur lain, misalnya lingkungan yang suportif, keamanan finansial, dan sedikitnya usaha-usaha prevensi yang ditujukan bagi kelompok umur ini. Penulis menunjukkan bahwa rumah tangga yang dipimpin generasi milenial lebih banyak mengalami kemiskinan dibandingkan generasi lainnya: 5,3 juta rumah tangga vs 4,2 juta (Generasi X) dan 5,0 juta (Generasi baby boomers) menurut data tahun 2016. Auerbach juga menggarisbawahi data bahwa generasi milenial memiliki proporsi terbesar pada penghuni penjara.

“Mereka berjuang dengan tantangan ekonomi, kesehatan, dan sosial yang unik hanya bagi generasi mereka,” katanya. “Terdapat kebutuhan segera terkait program yang secara spesifik ditujukan untuk kesehatan generasi milenial, kesejahteraan, dan perbaikan ekonomi.” Laporan ini juga mencantumkan saran untuk intervensi untuk menurunkan “kematian akibat putus asa” pada dewasa muda. Hal ini meliputi:

  • Memastikan bahwa intervensi kesehatan terkait perilaku, termasuk screening, menjadi bagian rutin dari praktek primer.
  • Menindaklanjuti hambatan untuk mendapatkan pengobatan, misalnya kekurangan profesiondal di daerah pedesaan, kurangnya program layanan di rumah untuk wanita hamil dan postpartum, yang mungkin bisa diatasi dengan bantuan telemedicine.
  • Meningkatkan program prmbayaran student loan untuk dokter yang melayani di daerah terpencil.
  • Menyediakan screening perilaku kesehatan di semua college, universitas, fasilitas training, dan klinik bersalin.
  • Meningkatkan cakupan asuransi kesehatan dan Medicaid untuk pengobatan penyalahgunaan zat.
  • Memperluas penerapan program pencegahan bunuh diri melalui sistem layanan kesehatan. Semua rumah sakit perlu memastikan bahwa semua pasien dalam kondisi krisis dapat dihubungkan dengan penyedia layanan terkait perilaku kesehatan dengan segera.
  • Negara bagian perlu menerapkan strategi pengaturan haraga untuk menmbatasi konsumsi alkohol bagi remaja dan dewasa muda.
  • Pemerintah federal dan negara bagian sebaiknya memprioritaskanprogram Family First Prevention Services Act (Program yang mengutamakan pembinaan keluarga bermasalah dibandingkan mengambil paksa anak untuk dititipkan di panti).
  • Rumah sakit dan layanan lain untuk persalinan perlu melakukan screening terkaitpenyalahgunaan zat dan kondisi kesehatan jiwa postpartum.
  • Menyediakan pengadilan terkait penyalahgunaan zat dan masalah kejiwaan di semua negara bagian dan distrik federal.
  • Membuat program transisi untuk mengembalikan veteran militer kembali ke kehidupan sipil.

Trust for America’s Health adalah organisasi nonprofit yang mempromosikan kesehatan yang optimal. The Well Being Trust adalah organisasi nasional yang berdedikasi memajukan kesehatan mental, sosial, dan spiritual negara. Laporan tersebut didukung oleh grant dari Well Being Trust dan the Robert Wood Johnson Foundation.

Catatan penting dari studi ini

  • Lebih dari 152.000 orang meninggal karena alkohol, zat terlarang, dan bunuh diri selama 2017. Hal ini adalah insidensi terbesar yang pernah tercatat dan mencapai lebih dari 2 kali jumlah di tahun 1999.
  • Hampir setengah dari jumlah tersebut disebabkan oleh zat terlarang, melebihi total tahunan kematian akibat senjata api, HIV, atau kecelakaan kendaraan bermotor.
  • Kelompok yang paling mendapatkan dampak adalah generasi milenial, usia 20-34 tahun. Jumlah kematian akibat zat terlarang meningkat sampai 4 kali lipat dalam 2 dekade terakhir. Hal ini juga akibat krisis opiat.
  • Tantangan lain pada generasi ini meliputi biaya pendidikan dan rumah yang tinggi dan kesulitan mendapat kerja selama resesi ekonomi.
  • Generasi milenial juga merupakan proporsi terbesar dari militer AS dan populasi penjara.
  • Faktor risiko lain meliputi belum terbentuknya secara sempurna pusat pengendalian impuls di otak (baru terbentuk sempurna pada pertengahan-akhir usia 20an), perilaku seksual dan penggunaan zat berisiko, dan banyaknya rumah tangga dalam kemiskinan.
  • Pada 1999, terdapat 7 kematian terkait obat terlarang dari 100.000 penduduk AS, dan meningkat menjadi 22,7 per 100.000 penduduk pada 2017.
  • Pada populasi usia 18-34 tahun, terdapat 31 kematian akibat obat terlarang per 100.000 penduduk pada 2017. Hal ini merupakan peningkatan 329% dari 1999, atau peningkatan 108% sejak 2007.
  • Dari 2016-2017, terdapat peningkatan besar kematian akibat opiat sintetik pada semua gender, daerah, ras, dan etnis.
  • Dari 1999-2017, kematian akibat overdosis opiat pada kelompok umur ini meningkat 500%, sedangkan kematian akibat opiat sintetik meningkat 6000% (60 kali lipat).
  • Pada dewasa muda usia 18-34 tahun, kematian terkait alkohol meningkat 69% dari 2007 sampai 2017. Hal ini merupakan peningkatan proporsi terbesar di antara semua kelompok umur. Sedangkan, kejadian bunuh diri meningkat 35%.
  • Populasi dewasa muda mengalami peningkatan proporsi kejadian bunuh diri tertinggi dibandingkan semua kelompok umur, kecuali populasi anak dan remaja.
  • Konsumsi alkohol berlebih saat ini merupakan ranking ketiga dari penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah (preventable death) di Amerika Serikat.
  • Antara 2011-2016, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun.
  • Rekomendasi pada laporan ini bertujuan untuk membentuk program dan kebijakan awal yang memperhatikan berbagai penyebab penyalahgunaan zat dan masalah kejiawaan pada dewasa muda.
  • Karena penyalahgunaan zat dan bunuh diri dapat menyebabkan dampak yang berkelanjutan bagi generasi mendatang, solusi yang efektif juga sebaiknya memperhatikan manfaat jangka panjang.
  • Kebijakan sebaiknya memfokuskan pada pencegahan berbasis bukti, screeninh, pengobatan, dan memastikan pasien bisa mendapatkan akses.
  • Screening dengan alat yang teruji dan pengobatan sebaiknya menjadi bagian dari layanan kesehatan rutin, termasuk layanan primer, dan sebaiknya dilakukan dengan tidak memberi stigma (non-judgmental).
  • Semua college, universitas, lembaga pelatihan, dan klinik bersalin sebaiknya memiliki screening perilaku kesehatan dan layanan rujukan.
  • Rumah sakit dan layanan bersalin sebaiknya melakukan screening bagi ibu baru terkait penyalahgunaan zat dan masalah kesehatan jiwa postpartum.
  • Klinisi sebaiknya meningkatkan koordinasi terkait layanan nyeri (pain care) dan mengedukasi pasien terkait obat-obatan anti nyeri.
  • Sistem kesehatan untuk pelenyapan angka bunuh diri (The Zero Suicide Initiative healthcare system), sistem kesehatan lain, dan edukasi bagi caregiver perlu diterapkan secara luasuntuk memperbaiki layanan dan mencegah bunuh diri.
  • Pasien dalam kondisi krisis yang ditemukan di rumah sakit perlu dihubungkan dengan layanan perilaku kesehatan dalam waktu yang tepat.
  • Layanan pencegahan bunuh diri nasional (The National Suicide Prevention Lifeline) perlu memastikan bahwa telepon selalu dijawab dengan cepat dan selalu tersedia follow up bagi pasien yang berisiko melukai diri sendiri.
  • Program pencegahan bunuh diri perlu meliputi layanan berbasis sms dan aplikasi.
  • Klinisi sebaiknya merujuk pasien pada layanan komunitas untuk gangguan kejiwaan, perilaku, dan penggunaan zat yang sesuai dengan budaya pasien sebagaimana diperlukan, dan membantu pasien mendapatkan akses.
  • Pembuat keputusan di negara bagian dan wilayah federal sebaiknya menghilangkan aturan legal yang menjadi penghambat dalam pengintegrasian layanan perilaku dengan layanan kesehatan fisik, termasuk pembatasan dalam pembagian catatan medis pasien.
  • Organisasi yang menjadi sumber dana dan sistem kesehatan sebaiknya membuat kebijakan reimbursement dan insentif finansial untuk memfasilitasi penggabungan layanan dengan layanan tambahan yang terkait, misalnya pelatihan kerja atau bantuan perumahan.
  • Negara bagian dan sistem kesehatan sebaiknya mendanai dan memperluas progeram pengawasan peresepan obat untuk melacak peresepan zat psikoaktif, dan sebaiknya membuat atau memperluas program untuk melenyapkan obat yang tidak terpakai untuk mencegah penjualan obat yang diresepkan dokter ke pasar gelap.
  • Klinisi Amerika Serikat sebaiknya mengikuti guideline peresepan opiat oleh CDC.
  • Asuransi kesehatan sebaiknya mengcover layanan pengobatan untuk penyalahguna zat dengan medikasi yang tepat.
  • Undang-undang Mental Health Parity and Addiction Equity Act tahun 2008 sebaiknya diberlakukan sepenuhnya, dengan pemisahan yang tepat untuk cakupan bagi asuransi masalah kesehatan jiwa dengan masalah kesehatan fisik.
  • Medicaid dan asuransi swasta harus mengcover layanan kesehatan jiwa dan perilaku, dengan ketersediaan penyedia layanan yang cukup dalam jejaring, waktu tunggu yang sesuai, dan biaya yang tepat.
  • Asuransi kesehatan orang tua sebaiknya tetap mengcover remaja sampai umur 26 tahun.
  • Perlu perubahan undang-undang Affordable Care Act, termasuk bantuan finansial agar siswa dan profesional muda dapat mengakses asuransi.
  • Diperlukan program asistensi (enrollment navigator) untuk membantu pemuda untuk bertransisi dari asuransi orang tua ke pilihan yang tersedia di pasar.
  • Telemedicine, program pembayaran student loan bagi klinisi di area terpencil, dan strategi lain dapat membantu mencukupi kekurangan layanan di area pedesaan, layanan untuk pasien hamil dan postpartum, dan berbagai hambatan lain untuk mendapatkan pengobatan.
  • Negara bagian sebaiknya menerapkan kebijakan pengaturan harga untuk membatasi penggunaan alkohol oleh remaja dan dewasa muda.
  • Untuk membantu mengurangi penempatan orang tua asuh, pemerintah negara bagian dan federal perlu memprioritaskan penerapan undang-undang Family First Prevention Services Act (Undang-undang yang memprioritaskan pembinaan keluarga bermasalah dibandingkan mengambil paksa anak ke panti asuhan).
  • Pengadilan untuk masalah penggunaan zat dan kesehatan jiwa perlu diadakan di semua negara bagian dan distrik federal.
  • Perlu diadakan program transisi supaya veteran militer dapat kembali ke kehidupan sipil.

Implikasi pada praktek klinik
Di antara generasi milenial AS (umur 20-34 tahun), jumlah kematian akibat obat terlarang meningkat sampai 4 kali lipat selama 2 dekade terakhir. Hal ini sangat dipengaruhi juga oleh krisis opiat di AS.
Sistem layanan kesehatan untuk menghapuskan angka bunuh diri (The Zero Suicide Initiative healthcare system), sistem kesehatan lain, dan program edukasi penyedia layanan perlu diterapkan secara luas untuk mencegah bunuh diri.

Dampak bagi tim layanan kesehatan: Screening dan terapi bagi penyalahgunaan zat dan risiko bunuh diri perlu menjadi bagian rutin dari praktek primer dan layanan kesehatan lainnya, dan perlu ditawarkan tanpa memberikan judgement. Klinisi perlu berkolaborasi dalam merujuk pasien sesuai kebutuhan ke layanan masalah jiwa, perilaku, dan penyalahgunaan zat di komunitas yang sesuai budaya pasien dan membantu mereka mendapatkan akses atau dukungan finansial asuransi. Klinisi AS sebaiknya mengikuti guideline peresepan opiat dari CDC.

Referensi:
https://www.medscape.org/viewarticle/916192?nlid=131048_2804&src=wnl_cmemp_190816_mscpedu_psyc&uac=174093SJ&impID=2062719&faf=1
Farberman RH, et al. Alcohol and Drug Misuse and Suicide and the Millennial Generation — a Devastating Impact. Updated 2019.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.